HELL-o freakers in the world Welcome to my cave land

Kamis, 30 April 2015

Kutukan Untuk Birlonia (Sebuah dongeng karya pribadi)


 
Pada suatu hari, hiduplah seorang Raja bernama Anares dan Ratu Dhiteris yang memimpin suatu negeri bernama Birlonia. Kerajaan itu teramat kaya raya dan rakyatnya hidup makmur sentosa dikarenakan sang raja yang memimpin dengan arif dan bijaksana. Namun kebahagiaan raja belumlah lengkap karena ia belum mempunyai seorang anak. Sang raja telah melakukan berbagai cara namun sang ratu belum juga hamil hingga akhirnya suatu malam sang raja bermimpi.
Dalam mimpinya, Anares tengah berburu kedalam hutan menjalankan hobinya namun tiba-tiba ia melihat seorang peri hutan kecil yang terpenjara di semak dedurian, seluruh tubuhnya terluka. Mungkin ini ulah pemburu jahil dan tidak bertanggung jawab.
Setelah melihat Anares, peri hutan itu menatap Anares dengan wajah yang begitu sendu dan mata yang memohon. Ia memohon agar Anares membantunya melepaskan diri dari semak berduri itu.
“Wahai raja baik hati, tolonglah aku keluar dari sini. Maka aku berjanji kamu akan segera mendapatkan apa yang kau ingini”.
Raja terbangun sesaat setelah ucapan peri hutan itu. Waktu masih dini hari namun Anares tak bisa tidur kembali. Anares tampak gelisah dan tak tenang dan ini membuat Dhiteris ikut terjaga.
“Apa yang tengah kau pikirkan?” Tanya sang ratu.
“Aku bermimpi, dan aku bingung apakah ini pertanda baik ataukah buruk”
“Ceritakanlah padaku suamiku, mungkin itu dapat melegakan hatimu”
Sang raja akhirnya menceritakan semua mimpinya kepada ratu. Pada akhirnya raja memutuskan untuk pergi ke hutan keesokan paginya untuk melihat apakah mimpinya itu sebuah pertanda ataukah hanya bunga tidur saja, Dhiteris pun menyetujui keinginan raja.
Keesokan harinya Anares dan pasukan pengawalnya sudah siap diatas kuda tunggangan dengan semua perlengkapan berburu. Setelah 2 hari menelusuri hutan, akhirnya Anares sampai di hutan yang sama persis dengan yang ia impikan. Betapa terkejutnya ia setelah sampai disana, bukan peri hutan kesakitan dan terkurung yang ia dapati namun seluruh pepohonan dan danau disana ada dalam keadaan yang mengerikan karena diracuni seseorang.
Anares murka, ia bersumpah akan menghukum seberat-beratnya siapapun pelakunya. Anares segera memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mencari siapapun yang ada dalam hutan ini.
Ternyata peri hutan yang terkurung dan kesakitan itu adalah lambing dari hutan ini yang kini tengah sekarat akibat racun. Setelah 3 jam berlalu, para pengawal kembali dengan seorang ibu tua yang tangannya diikat.
“Yang mulia raja, wanita ini adalah pelakunya, ia tengah mempelajari ilmu sihir dan ramuan-ramuan serta membuat hutan ini sebagai bahan uji cobanya”.
Karena murka, Anares akhirnya memerintahkan untuk membawa wanita itu ke kerajaan dan disana ia diberi hukuman mati. Anares juga memerintahkan seluruh tabib istana untuk membuat ramuan penawar racun untuk hutannya.
Satu tahun telah berlalu, hutan itu kini telah kembali seperti semula. Anares sangat bahagia, namun Anares menjadi lebih bahagia lagi ketika Dhiteris hamil dan mengandung anak pertamanya, mimpi itu menjadi nyata, ia telah mendapatkan apa yang sangat diinginkannya.
Hari yang ia nanti-nantikan pun tiba. Lahirlah kedunia seorang putri cantik dengan rambut hitam kelam, bibir semerah darah dan mata kelabu mempesona. Putri itu diberi nama Thenesia.
Pada malam kelahiran sang putri, raja kembali memimpikan sang peri hutan. Dalam mimpinya peri hutan tak lagi bersedih, ia tersenyum bahagia dan terbang dengan sayapnya yang indah.
“Terima kasih telah merawat hutanku wahai Raja Anares, datanglah kemari setiap putrimu berulang tahun, aku akan selalu menjaga putrimu”.
Mulai saat itulah raja selalu berburu kehutan setiap kali Thenesia berulang tahun. Thenesia pun tumbuh menjadi seorang putrid yang cantik jelita, ia memilik keberanian dan ketangguhan sepeti ayahnya dan kecerdasan seperti ibunya.
Thenesia dipuja oleh semua pria dan para pangeran berlomba-lomba untuk meminangnya, namun tak ada yang bisa memenangkan hatinya.
Suatu hari di ulang tahun Thenesia yang ke-18, Raja Anares kembali pergi berburu ke hutan. Namun tak seperti biasanya, sudah sebulan lamanya ia tak kembali juga dan itu membuat Ratu Dhiteris dan juga Thenesia cemas.
Hingga akhirnya Anares pun kembali ke kerajaan dan disambut gembira oleh istri dan putrinya. Namun sifat Anares berubah sangat drastis setelah pulang dari hutan. Ia menjadi sangat arogan, tamak dan tak berperi kemanusiaan.
Dhiteris dan Thenesia tak tau apa penyebab perubahan yang terjadi pada Anares. Sebulan setelahnya kerajaan menjadi kacau balau, rakyat sengsara dan kemakmuran sirna begitu saja sementara Ratu dan Putri tak bisa berbuat apa-apa.
Hingga puncaknya, Anares ingin menikahkan Thenesia dengan seorang raja bengis dari negeri Pethronia bernama Hadenius. Thenesia menolak perjodohan itu, ia pun melarikan diri dari kerajaan dan terus berlari ke arah hutan hingga akhirnya ia sampai ditempat ayahnya biasa berburu.
Hutan itu terlihat begitu buru, terasa seperti aura kelam dan mencekam disana, seakan tak ada lagi kehidupan. Thenesia berkeliling di hutan itu, namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang membekap mulutnya dan menariknya dari belakang.
“Siapa kau? Sebaiknya kau pergi jika tak ingin mati” terdengar suara laki-laki dari arah belakangnya, orang yang menariknya itu.
Thenesiapun membalikkan tubuhnya dan melihat laki-laki itu, setengah ketakutan ia berusaha menjawab pertanyaan laki-laki itu.
“Aku Thenesia, aku lari dari rumah dan tersesat disini”.
Ternyata kecantikan Thenesia telah menyihir pemuda itu, rahangnya yang mengeras kini menampakan urat wajahnya yang ternyata cukup tampan. Ia pun menyimpan kembali belati yang tadi ia todongkan pada Thenesia.
“Berbahaya untuk berada disini Thenesia, apakah kau tidak tahu bahwa disini tinggal seorang penyihir jahat yang suka membuat ramuan-ramuan aneh beracun? Dan perkenalkan, namaku Persodus” ucap pemuda itu.
“Benarkah disini hidup penyihir jahat? Kalau begitu, tahukah kau apau yang terjadi dengan seorang raja yang bulan lalu datang berburu kemari?” Tanya Thenesia penuh harap.
Persodus terdiam, ia berusaha mengingat-ingat, namun ketika ingatannya menemukan sesuatu ia terlihat begitu terkejut. Namun sedetik kemudian ia terlihat tenang kembali.
“Memangnya apa yang terjadi dengan Raja itu?” ucap Persodus seolah tidak tahu, namun wajahnya terlihat aneh.
Thenesia pun menggelengkan kepalanya, bagaimanapun juga ia baru bertemu Persodus dan belum bisa mempercayainya. Akhirnya Thenesia pun pamit untuk pergi namun Persodus menahannya.
“Kau tidak tahu betapa berbahayanya hutan ini. Biarkan aku menemanimu, kau juga tak tau harus kemana bukan?”, tawar Persodus.
Karena tanpa sadar Thenesia telah terpikat dengan ketampanan Persodus, ia pun akhirnya menerima tawaran itu. Setelah berhari-hari berada dalam hutan, mereka berdua akhirnya benar-benar jatuh cinta. Thenesia pun pada akhirnya menceritakan tentang ayahnya, sang raja yang pada saat mereka pertama kali bertemu ditanyakan Thenesia.
Namun sikap Persodus menjadi sedikit aneh setelah Thenesia menceritakan tentang ayahnya. Ekspresinya yang aneh seperti ada rasa marah, namun juga rasa takut, entahlah Thenesia tak tahu pasti apa itu. Hingga pada suatu hari ketika mereka tengah memanggang burung hasil buruannya untuk masak, datanglah seorang wanita tua yang tiba-tiba berdiri dihadapan mereka.
Persodus tampak amat terkejut dan takut,ia segera berdiri dan diikuti oleh Thenesia.
“Disini kau rupanya, aku mencarimu” ucap wanita tua itu.
“Siapa wanita itu Persodus?” Thenesia yang ketakutan bersembunyi dibalik tubuh gagah Persodus. Lalu kemudian persodus menengok kea rah Thenesia lalu memegang pergelangan tangannya.
“Ibu, aku membawakan hadiah untukmu. Putri dari Anares” ucap Persodus kepada wanita tua itu.
Wanita tua itu tertawa terbahak kegirangan, “Kau memang anak yang bisa ku andalkan Persodus, ayo bawa dia kedalam goa” ajak si wanita tua.
Akhirnya Persodus pun menarik tangan Thenesia hingga ia hampir terseret mengikuti Persodus. Thenesia pun akhirnya mengerti dengan rentetan kejadia yang baru saja terjadi,ternyata Persodus adalah anak dari penyihir jahat itu.
“Kamu tega! Kamu jahat! Kamu memperalat perasaanku agar bisa menyerahkanku pada ibumu”, Thenesia tak henti-hentinya mengumpat sambil menangis selama perjalanan sementara Persodus diam, hanyamenatap lurus kedepan sambil terus berjalan.
Thenesia tak menyangka bahwa pemuda yang dicintainya itu ternyata hanya berpura-pura dan anak dari seorang penyihir jahat. Sesampainya di goa, persodus segera mengikat Thenesia dengan sebuah tali di sudut ruangan goa yang terpisah. Setelah mengikat Thenesia, Persodus pun pergi tanpa berkata apa-apa meninggalkan Thenesia yang terus menangis.
2 hari sudah Thenesia dikurung dan diikat didalam goa, tak satupun makanan yang diberikan Persodus yang ia sentuh. Ia bahkan tak tau ini malam atau pagi atau siang karena dalam goa sama saja, hanya ada penerangan obor seadanya.
Lalu datanglah Persodus dengan membawa sepiring makanan, namun Thenesia membuang mukanya tak ingin melihat Persodus. Persodus diam ditempatnya, menatap Thenesia tanpa berkata apa-apa. Tak biasanya Persodus seperti itu, biasanya ia akan segera pergi setelah meninggalkan piring makanan itu.
“Maafkan aku Thenesia, aku tak bermaksud menyakitimu. Aku sungguh mencintaimu, hanya saja aku tak dapat membiarkan ibuku mengetahui itu. Ketahuilah Thenesia, ibuku lah yang telah memberikan ramuan dengan mantra sihir jahat kepada ayahmu sehingga ia kini telah berubah menjadi raja yang lalim” ucap Persodus setelah sekian lama tak berbicara kepada Thenesia.
“Apa salah ayahku? Kenapa ibumu melakukan itu?”
“Ketahuilah Thenesia, kau lahir karena anugrah dari sang peri hutan. Dan karena ayahmu yang menolong peri hutan itu telah membunuh seorang penyihir wanita yang tanpa sengaja membuat percobaan pada hutan sehingga hutan ini rusak. Yang ayahmu tak ketahui adalah penyihir itu mempunyai seorang anak perempuan, yaitu ibuku”
Thenesia tercengan, ia teringat kembali legenda kelahirannya yang selalu diceritakan ibunya sesaat sebelum ia tidur dulu. Jadi semua ini adalah menyangkut dendam.
“Namun kini aku sadar Thenesia, dendam ibuku tidaklah baik karena sebenarnya nenek ku lah yang bersalah dan memang pantas mendapatkan hukuman. Dan terlebih lagi dari itu, aku benar-benar mencintaimu. Aku akan membantumu keluar dari sini dan menyembuhkan ayahmu” ucap Persodus pada akhirnya.
Thenesia pun tersenyum bahagia, akhirnya mereka berdua pun menyusun strategi untuk melarikan diri dari si penyihir. Penyihir itu memiliki sebuah kalung yang menjadi sumber kekuatannya, akhirnya mereka merencanakan untuk mengambil kalung itu setelah si penyihir tertidur.
Malam hari pun tiba, Persodus mengendap-endap masuk ke kamar ibunya sementara Thenesia menunggu di depan pintu. Ia tahu ibunya selalu melepaskan kalung itu ketika tertidur. Semuanya hampir berjalan dengan sempurna, namun sesaat setelah kalung itu ia pegang, ibunya terbangun lalu terbelalak murka.
“Apa yang kau lakukan persodus!” teriak sang penyihir.
Persodus melangkah mundur kearah pintu takut-takut, bagaimanapun ia mencintai ibunya itu, namun perbuatan ibunya sangatlah salah.
“Maafkan aku bu, aku sangat mencintai Thenesia” ucap Persodus, ia akhirnya berlari menggandeng tangan Thenesia meninggalkan goa itu. Sang penyihir berusaha mati-matian mengejar mereka namun apa daya, tanpa kalung itu ia hanyalah seorang wanita tua renta yang tak berdaya, Persodus dan Thenesia pun berhasil melarikandiri.
Mereka berdua terus berlari sementara si ibu penyihir sekuat tenaga berlari mengejar mereka. Thenesia tampak sangat kelelahan, akhirnya mereka beristirahat sejenak. Sementara mereka beristirahat, ternyata sang penyihir berhasil mengejarnya. Mereka kembali berlari namun ternyata langkah si penyihir sudah kepayahan.
Persodus menengok kearah ibunya sambil terus berlari, betapa terkejutnya ia ketika melihat sang ibu tergelincir kedalam lumpur hisap karena kakinya sudah lunglai. Persodus langsung berlari menghampiri ibunya, bagaimanapun penyihir itu ibu yang ia sayangi.
Sekuat tenaga Persodus berlari, tubuh si penyihir sudah terhisap lumpur lebih dari setengahnya, hanya kepalanya yang tersisa menyembul dari lumpur berharap persodus segera menolongnya. Namun persodus terlambat, ibunya sudah terhisap habis oleh lumpur ketika ia sampai.
Ia menangisi ibunya yang kini telah tiada, Thenesia segera menghampiri Persodus dan menghiburnya. Mungkin inilah saatnya Persodus memulai kehidupan barunya yang lebih baik bersama Thenesia.
Akhirnya mereka berdua segera melanjutkan perjalanan menuju ke kerajaan, Persodus tau cara untuk menyembuhkan sang raja adalah dengan mencelupkan kalung sakti ibunya kedalam air, lalu air itu dibasuhkan ke wajah sang raja. Akhirnya setelah sampai di kerajaan mereka disambut gembira oleh Dhiteris yang sudah tak tahu lagi harus berbuat apa karena kerajaan semakin kacau.
Setelah mendengar instruksi dari Persodus, Dhiteris pun segera mengendap masuk kedalam kamar raja, lalu membasuhkan air yang ia bawa ke wajah raja. Sesaat kemudian, raja tersentak terbangun, ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan akhirnya sudah tersadar dari sihir itu.
Raja pun kembali memimpin rakyatnya dengan baik dan membuat semua keadaan jadi lebih baik sementara Thenesia akhirnya menikah dengan Persodus, kutukan sang penyihir untuk Birlonia ternyata membawa cinta sejati untuk sang putri dan pada akhirnya mereka hidup bahagia selamanya.