Pada
suatu hari, hiduplah seorang Raja bernama Anares dan Ratu Dhiteris yang
memimpin suatu negeri bernama Birlonia. Kerajaan itu teramat kaya raya dan
rakyatnya hidup makmur sentosa dikarenakan sang raja yang memimpin dengan arif
dan bijaksana. Namun kebahagiaan raja belumlah lengkap karena ia belum
mempunyai seorang anak. Sang raja telah melakukan berbagai cara namun sang ratu
belum juga hamil hingga akhirnya suatu malam sang raja bermimpi.
Dalam
mimpinya, Anares tengah berburu kedalam hutan menjalankan hobinya namun
tiba-tiba ia melihat seorang peri hutan kecil yang terpenjara di semak
dedurian, seluruh tubuhnya terluka. Mungkin ini ulah pemburu jahil dan tidak
bertanggung jawab.
Setelah
melihat Anares, peri hutan itu menatap Anares dengan wajah yang begitu sendu
dan mata yang memohon. Ia memohon agar Anares membantunya melepaskan diri dari
semak berduri itu.
“Wahai
raja baik hati, tolonglah aku keluar dari sini. Maka aku berjanji kamu akan
segera mendapatkan apa yang kau ingini”.
Raja
terbangun sesaat setelah ucapan peri hutan itu. Waktu masih dini hari namun
Anares tak bisa tidur kembali. Anares tampak gelisah dan tak tenang dan ini
membuat Dhiteris ikut terjaga.
“Apa
yang tengah kau pikirkan?” Tanya sang ratu.
“Aku
bermimpi, dan aku bingung apakah ini pertanda baik ataukah buruk”
“Ceritakanlah
padaku suamiku, mungkin itu dapat melegakan hatimu”
Sang
raja akhirnya menceritakan semua mimpinya kepada ratu. Pada akhirnya raja
memutuskan untuk pergi ke hutan keesokan paginya untuk melihat apakah mimpinya
itu sebuah pertanda ataukah hanya bunga tidur saja, Dhiteris pun menyetujui
keinginan raja.
Keesokan
harinya Anares dan pasukan pengawalnya sudah siap diatas kuda tunggangan dengan
semua perlengkapan berburu. Setelah 2 hari menelusuri hutan, akhirnya Anares
sampai di hutan yang sama persis dengan yang ia impikan. Betapa terkejutnya ia
setelah sampai disana, bukan peri hutan kesakitan dan terkurung yang ia dapati
namun seluruh pepohonan dan danau disana ada dalam keadaan yang mengerikan
karena diracuni seseorang.
Anares
murka, ia bersumpah akan menghukum seberat-beratnya siapapun pelakunya. Anares
segera memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mencari siapapun yang ada dalam
hutan ini.
Ternyata
peri hutan yang terkurung dan kesakitan itu adalah lambing dari hutan ini yang
kini tengah sekarat akibat racun. Setelah 3 jam berlalu, para pengawal kembali
dengan seorang ibu tua yang tangannya diikat.
“Yang
mulia raja, wanita ini adalah pelakunya, ia tengah mempelajari ilmu sihir dan
ramuan-ramuan serta membuat hutan ini sebagai bahan uji cobanya”.
Karena
murka, Anares akhirnya memerintahkan untuk membawa wanita itu ke kerajaan dan
disana ia diberi hukuman mati. Anares juga memerintahkan seluruh tabib istana
untuk membuat ramuan penawar racun untuk hutannya.
Satu
tahun telah berlalu, hutan itu kini telah kembali seperti semula. Anares sangat
bahagia, namun Anares menjadi lebih bahagia lagi ketika Dhiteris hamil dan
mengandung anak pertamanya, mimpi itu menjadi nyata, ia telah mendapatkan apa
yang sangat diinginkannya.
Hari
yang ia nanti-nantikan pun tiba. Lahirlah kedunia seorang putri cantik dengan
rambut hitam kelam, bibir semerah darah dan mata kelabu mempesona. Putri itu
diberi nama Thenesia.
Pada
malam kelahiran sang putri, raja kembali memimpikan sang peri hutan. Dalam
mimpinya peri hutan tak lagi bersedih, ia tersenyum bahagia dan terbang dengan
sayapnya yang indah.
“Terima
kasih telah merawat hutanku wahai Raja Anares, datanglah kemari setiap putrimu
berulang tahun, aku akan selalu menjaga putrimu”.
Mulai
saat itulah raja selalu berburu kehutan setiap kali Thenesia berulang tahun.
Thenesia pun tumbuh menjadi seorang putrid yang cantik jelita, ia memilik
keberanian dan ketangguhan sepeti ayahnya dan kecerdasan seperti ibunya.
Thenesia
dipuja oleh semua pria dan para pangeran berlomba-lomba untuk meminangnya,
namun tak ada yang bisa memenangkan hatinya.
Suatu
hari di ulang tahun Thenesia yang ke-18, Raja Anares kembali pergi berburu ke
hutan. Namun tak seperti biasanya, sudah sebulan lamanya ia tak kembali juga
dan itu membuat Ratu Dhiteris dan juga Thenesia cemas.
Hingga
akhirnya Anares pun kembali ke kerajaan dan disambut gembira oleh istri dan
putrinya. Namun sifat Anares berubah sangat drastis setelah pulang dari hutan.
Ia menjadi sangat arogan, tamak dan tak berperi kemanusiaan.
Dhiteris
dan Thenesia tak tau apa penyebab perubahan yang terjadi pada Anares. Sebulan
setelahnya kerajaan menjadi kacau balau, rakyat sengsara dan kemakmuran sirna
begitu saja sementara Ratu dan Putri tak bisa berbuat apa-apa.
Hingga
puncaknya, Anares ingin menikahkan Thenesia dengan seorang raja bengis dari
negeri Pethronia bernama Hadenius. Thenesia menolak perjodohan itu, ia pun
melarikan diri dari kerajaan dan terus berlari ke arah hutan hingga akhirnya ia
sampai ditempat ayahnya biasa berburu.
Hutan
itu terlihat begitu buru, terasa seperti aura kelam dan mencekam disana, seakan
tak ada lagi kehidupan. Thenesia berkeliling di hutan itu, namun tiba-tiba ada
sebuah tangan yang membekap mulutnya dan menariknya dari belakang.
“Siapa
kau? Sebaiknya kau pergi jika tak ingin mati” terdengar suara laki-laki dari
arah belakangnya, orang yang menariknya itu.
Thenesiapun
membalikkan tubuhnya dan melihat laki-laki itu, setengah ketakutan ia berusaha
menjawab pertanyaan laki-laki itu.
“Aku
Thenesia, aku lari dari rumah dan tersesat disini”.
Ternyata
kecantikan Thenesia telah menyihir pemuda itu, rahangnya yang mengeras kini
menampakan urat wajahnya yang ternyata cukup tampan. Ia pun menyimpan kembali
belati yang tadi ia todongkan pada Thenesia.
“Berbahaya
untuk berada disini Thenesia, apakah kau tidak tahu bahwa disini tinggal
seorang penyihir jahat yang suka membuat ramuan-ramuan aneh beracun? Dan
perkenalkan, namaku Persodus” ucap pemuda itu.
“Benarkah
disini hidup penyihir jahat? Kalau begitu, tahukah kau apau yang terjadi dengan
seorang raja yang bulan lalu datang berburu kemari?” Tanya Thenesia penuh
harap.
Persodus
terdiam, ia berusaha mengingat-ingat, namun ketika ingatannya menemukan sesuatu
ia terlihat begitu terkejut. Namun sedetik kemudian ia terlihat tenang kembali.
“Memangnya
apa yang terjadi dengan Raja itu?” ucap Persodus seolah tidak tahu, namun
wajahnya terlihat aneh.
Thenesia
pun menggelengkan kepalanya, bagaimanapun juga ia baru bertemu Persodus dan belum
bisa mempercayainya. Akhirnya Thenesia pun pamit untuk pergi namun Persodus
menahannya.
“Kau
tidak tahu betapa berbahayanya hutan ini. Biarkan aku menemanimu, kau juga tak
tau harus kemana bukan?”, tawar Persodus.
Karena
tanpa sadar Thenesia telah terpikat dengan ketampanan Persodus, ia pun akhirnya
menerima tawaran itu. Setelah berhari-hari berada dalam hutan, mereka berdua
akhirnya benar-benar jatuh cinta. Thenesia pun pada akhirnya menceritakan
tentang ayahnya, sang raja yang pada saat mereka pertama kali bertemu
ditanyakan Thenesia.
Namun
sikap Persodus menjadi sedikit aneh setelah Thenesia menceritakan tentang
ayahnya. Ekspresinya yang aneh seperti ada rasa marah, namun juga rasa takut,
entahlah Thenesia tak tahu pasti apa itu. Hingga pada suatu hari ketika mereka
tengah memanggang burung hasil buruannya untuk masak, datanglah seorang wanita
tua yang tiba-tiba berdiri dihadapan mereka.
Persodus
tampak amat terkejut dan takut,ia segera berdiri dan diikuti oleh Thenesia.
“Disini
kau rupanya, aku mencarimu” ucap wanita tua itu.
“Siapa
wanita itu Persodus?” Thenesia yang ketakutan bersembunyi dibalik tubuh gagah
Persodus. Lalu kemudian persodus menengok kea rah Thenesia lalu memegang
pergelangan tangannya.
“Ibu,
aku membawakan hadiah untukmu. Putri dari Anares” ucap Persodus kepada wanita
tua itu.
Wanita
tua itu tertawa terbahak kegirangan, “Kau memang anak yang bisa ku andalkan
Persodus, ayo bawa dia kedalam goa” ajak si wanita tua.
Akhirnya
Persodus pun menarik tangan Thenesia hingga ia hampir terseret mengikuti
Persodus. Thenesia pun akhirnya mengerti dengan rentetan kejadia yang baru saja
terjadi,ternyata Persodus adalah anak dari penyihir jahat itu.
“Kamu
tega! Kamu jahat! Kamu memperalat perasaanku agar bisa menyerahkanku pada ibumu”,
Thenesia tak henti-hentinya mengumpat sambil menangis selama perjalanan
sementara Persodus diam, hanyamenatap lurus kedepan sambil terus berjalan.
Thenesia
tak menyangka bahwa pemuda yang dicintainya itu ternyata hanya berpura-pura dan
anak dari seorang penyihir jahat. Sesampainya di goa, persodus segera mengikat
Thenesia dengan sebuah tali di sudut ruangan goa yang terpisah. Setelah
mengikat Thenesia, Persodus pun pergi tanpa berkata apa-apa meninggalkan
Thenesia yang terus menangis.
2
hari sudah Thenesia dikurung dan diikat didalam goa, tak satupun makanan yang
diberikan Persodus yang ia sentuh. Ia bahkan tak tau ini malam atau pagi atau
siang karena dalam goa sama saja, hanya ada penerangan obor seadanya.
Lalu
datanglah Persodus dengan membawa sepiring makanan, namun Thenesia membuang
mukanya tak ingin melihat Persodus. Persodus diam ditempatnya, menatap Thenesia
tanpa berkata apa-apa. Tak biasanya Persodus seperti itu, biasanya ia akan
segera pergi setelah meninggalkan piring makanan itu.
“Maafkan
aku Thenesia, aku tak bermaksud menyakitimu. Aku sungguh mencintaimu, hanya
saja aku tak dapat membiarkan ibuku mengetahui itu. Ketahuilah Thenesia, ibuku
lah yang telah memberikan ramuan dengan mantra sihir jahat kepada ayahmu
sehingga ia kini telah berubah menjadi raja yang lalim” ucap Persodus setelah
sekian lama tak berbicara kepada Thenesia.
“Apa
salah ayahku? Kenapa ibumu melakukan itu?”
“Ketahuilah
Thenesia, kau lahir karena anugrah dari sang peri hutan. Dan karena ayahmu yang
menolong peri hutan itu telah membunuh seorang penyihir wanita yang tanpa
sengaja membuat percobaan pada hutan sehingga hutan ini rusak. Yang ayahmu tak
ketahui adalah penyihir itu mempunyai seorang anak perempuan, yaitu ibuku”
Thenesia
tercengan, ia teringat kembali legenda kelahirannya yang selalu diceritakan
ibunya sesaat sebelum ia tidur dulu. Jadi semua ini adalah menyangkut dendam.
“Namun
kini aku sadar Thenesia, dendam ibuku tidaklah baik karena sebenarnya nenek ku
lah yang bersalah dan memang pantas mendapatkan hukuman. Dan terlebih lagi dari
itu, aku benar-benar mencintaimu. Aku akan membantumu keluar dari sini dan
menyembuhkan ayahmu” ucap Persodus pada akhirnya.
Thenesia
pun tersenyum bahagia, akhirnya mereka berdua pun menyusun strategi untuk
melarikan diri dari si penyihir. Penyihir itu memiliki sebuah kalung yang
menjadi sumber kekuatannya, akhirnya mereka merencanakan untuk mengambil kalung
itu setelah si penyihir tertidur.
Malam
hari pun tiba, Persodus mengendap-endap masuk ke kamar ibunya sementara
Thenesia menunggu di depan pintu. Ia tahu ibunya selalu melepaskan kalung itu
ketika tertidur. Semuanya hampir berjalan dengan sempurna, namun sesaat setelah
kalung itu ia pegang, ibunya terbangun lalu terbelalak murka.
“Apa
yang kau lakukan persodus!” teriak sang penyihir.
Persodus
melangkah mundur kearah pintu takut-takut, bagaimanapun ia mencintai ibunya
itu, namun perbuatan ibunya sangatlah salah.
“Maafkan
aku bu, aku sangat mencintai Thenesia” ucap Persodus, ia akhirnya berlari
menggandeng tangan Thenesia meninggalkan goa itu. Sang penyihir berusaha
mati-matian mengejar mereka namun apa daya, tanpa kalung itu ia hanyalah
seorang wanita tua renta yang tak berdaya, Persodus dan Thenesia pun berhasil
melarikandiri.
Mereka
berdua terus berlari sementara si ibu penyihir sekuat tenaga berlari mengejar
mereka. Thenesia tampak sangat kelelahan, akhirnya mereka beristirahat sejenak.
Sementara mereka beristirahat, ternyata sang penyihir berhasil mengejarnya.
Mereka kembali berlari namun ternyata langkah si penyihir sudah kepayahan.
Persodus
menengok kearah ibunya sambil terus berlari, betapa terkejutnya ia ketika
melihat sang ibu tergelincir kedalam lumpur hisap karena kakinya sudah lunglai.
Persodus langsung berlari menghampiri ibunya, bagaimanapun penyihir itu ibu
yang ia sayangi.
Sekuat
tenaga Persodus berlari, tubuh si penyihir sudah terhisap lumpur lebih dari
setengahnya, hanya kepalanya yang tersisa menyembul dari lumpur berharap
persodus segera menolongnya. Namun persodus terlambat, ibunya sudah terhisap
habis oleh lumpur ketika ia sampai.
Ia
menangisi ibunya yang kini telah tiada, Thenesia segera menghampiri Persodus
dan menghiburnya. Mungkin inilah saatnya Persodus memulai kehidupan barunya
yang lebih baik bersama Thenesia.
Akhirnya
mereka berdua segera melanjutkan perjalanan menuju ke kerajaan, Persodus tau
cara untuk menyembuhkan sang raja adalah dengan mencelupkan kalung sakti ibunya
kedalam air, lalu air itu dibasuhkan ke wajah sang raja. Akhirnya setelah
sampai di kerajaan mereka disambut gembira oleh Dhiteris yang sudah tak tahu
lagi harus berbuat apa karena kerajaan semakin kacau.
Setelah
mendengar instruksi dari Persodus, Dhiteris pun segera mengendap masuk kedalam
kamar raja, lalu membasuhkan air yang ia bawa ke wajah raja. Sesaat kemudian,
raja tersentak terbangun, ia mengerjap-ngerjapkan matanya dan akhirnya sudah
tersadar dari sihir itu.
Raja
pun kembali memimpin rakyatnya dengan baik dan membuat semua keadaan jadi lebih
baik sementara Thenesia akhirnya menikah dengan Persodus, kutukan sang penyihir
untuk Birlonia ternyata membawa cinta sejati untuk sang putri dan pada akhirnya
mereka hidup bahagia selamanya.