Pernahkah kau merasa menyayangi seseorang dan tak pernah
bisa melupakan ataupun berusaha meninggalkannya walaupun kau terus merasa sakit
karena dia? Itu yang aku rasakan sekarang.
Pernahkah kau merasa seakan kau menemukan orang yang
sepertinya akan bisa menggantikan orang diatas tadi tapi sangat sulit sekali
rasanya untuk mendekatinya? Itu yang aku alami sekarang.
Pernahkah kau merasakan menemukan orang yang sangat perduli
padamu dan mungkin saja dia bisa menghapus rasa sakit dan menggantikan dua
orang di atas tapi ternyata kau tak akan bisa bersama dia karena ada sebuah
larangan pada sebuah aturan? Itu yang baru saja terjadi padaku.
Jika aku ilustrasikan semuanya.
Seolah aku tengah berjalan di tengah gurun. Aku kelelahan.
Aku kehausan. Aku tak kuat untuk berjalan. Aku tak punya perbekalan apapun dan
tak punya setetes air minum pun.
Lalu aku melihat oase di tengah gurun.
Aku terlalu bersemangat dan terlalu berharap pada oase yang
ku lihat dari jauh.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk mencapai oase yang aku lihat.
Oase yang ku inginkan dan sangat ku harapkan.
Dan ketika aku sampai.
Ternyata itu hanyalah fatamorgana.
Oase tak nyata yang pada kenyataannya aku telah
menggantungkan harapan dan keinginan besarku padanya.
Kemudian aku bertambah lelah. Bukan. Bukan ragaku yang
lelah. Tapi hati ku yang mungkin terlalu lelah bahkan untuk sekedar berdetak
dan menghirup satu tarikan nafas.
Yang ingin aku tanyakan...
“kenapa tuhan menciptakan cinta yang yang begitu
membingungkan?”
Ya, aku tau pada dasarnya cinta adalah anugerah dari tuhan.
Dan aku pun tau, tak selamanya anugerah itu indah.
Yang aku tak tau, bagaimana aku harus menyikapi anugerah
tuhan yang tak indah jika dinding kesabaran yang diberikannya hampir hancur?
Entahlah....
Biar tuhan yang tau sampai kapan dinding kesabaran itu akan
mampu bertahan.
Biar tuhan yang tau apakah suatu ketika nanti akan ada orang
yang membantu memperbaiki dinding yang hampir roboh itu atau malah memperburuk
kerusakannya.
Biar saja.
Bukankah tuhan yang menarasikan cerita hidup manusia?