Perasaan itu mudah berubah, dan itu yang tak aku perhitungkan.
Apa mungkin ini karma? Karma karena aku pernah berkata bahwa ‘aku tak
menyukainya, aku sangat kesal padanya, dan tak akan mungkin menyukainya’
Mungkin saja, kenapa tidak?
Aku berkata ‘tak akan’, tapi sepertinya kenyataan yang menyadarkanku
itu ‘akan’.
Lalu bagaimana jika memang perasaan yang mudah berubah ini ternyata
memang sudah berubah?
Siapa yang patut disalahkan?
Yang merubah perasaan, kita yang tanpa sadar membiarkannya berubah,
atau tuhan sang pemberi perasaan?
Hahaha..... Siapa orang bodoh yang akan menyalahkan tuhan ‘sang
pemberi perasaan’?
Siapa sangka perasaan dengan mudahnya berubah?
Tapi kenapa tidak?
Dengan perhatian, dengan canda, dengan sapaan yang tiap hari kau
ulurkan padaku. Dengan interaksi yang tak pernah putus. Kenapa aku harus
meragukan perasaan yang mulai berubah?
Mungkin dulu memang aku menyukai dia. Mengagumi dia. Atau bahkan
mungkin memimpikan dia..... Tapi karena hadirmu dan segala sikap yang kau
ulurkan padaku, kenapa sekarang aku lebih membutuhkan kehadiranmu dibandingkan
kehadirannya?
Kenapa aku lebih suka mendengar sapaanmu dibandingkan sapaannya?
Kenapa aku lebih senang disampingmu dibandingkan disampingnya?
Kenapa aku lebih merasa nyaman menjadi aku yang benar-benar aku saat
bersamamu, bukan bersamanya?
Dan kenapa juga harus kamu, yang banyak disukai walau apapun yang kamu
lakukan?
Bisakah aku merubah alur cerita dari berubahnya perasaan ini?
Bodoh....
Aku melupakan lagi bahwa tuhanlah yang menarasikan cerita hidup
manusia.
Lalu menurutmu aku harus apa? Jika pada kenyataannya kamu ataupun dia
tak bisa aku miliki dalam nyata?
Bagaimana jika kenyataannya ini hanya perasaanku saja, bukan kita?
Dan lagi tuhan menempatkan aku dalam titik tunggu, titik tunggu yang
entah sampai kapan aku bisa keluar dari titik itu. Dan tuhan masih menjadikan
teka-teki siapa yang akan membawaku keluar dari titik itu.
Perasaan..... adalah hal yang tak pernah kita ketahui, hal yang sulit
untuk kita masuki, namun saat kita memasukinya, ada kemungkinan kita tak
menemukan jalan untuk kembali.
Perasaan itu berubah. Aku tak tau harus membencinya atau menyukai
ungkapan yang satu itu.
Dan lagi........
Biar saja tuhan yang menarasikan cerita hidup kita tanpa kita bisa
berbuat apa-apa.
Memang..... kita bisa apa untuk merubahnya???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
How's???