HELL-o freakers in the world Welcome to my cave land

Minggu, 21 Agustus 2016

Terimakasih, sudah menjadi keraguan terbesarku :)

Kamu adalah sebuah pembelajaran yang sangat berharga, tanpa kamu sadari, kamu telah mengajarkanku banyak hal.

Bagaimana cara merebahkan cemas lalu kemudian bangkit dan panik, bagaimana aku ingin menghindari karena takut merasa sakit namun yang aku lakukan justru terus mengulangi walaupun pahit.

Kamu keraguan terbesar dalam hidupku. Raguku,
Kita ini apa?
Rasa ini apa?
Aku dimatamu itu apa?
Berartikah aku?
Pentingkah aku?
Pedulikah kamu denganku?
Kenapa kamu sangat peduli?
Memangnya sejauh mana aku berada di hidupmu?
Kenapa kamu suka sekali menjatuhkan lalu menerbangkan?
Kenapa kamu mau menjadi tempat berlariku yang paling nyaman?
Lelahkah kamu dengan rengekanku?
Lelahkah kamu menajamkan telinga mendengar cerita dan rajukanku?
Kenapa aku seperti diambang orang penting dan biasa saja di hidupmu? Menurut perasaanku.

Aku tak mau mendengar ucapan mereka, apa kata mereka tentang di tingkatan mana posisiku dalam hidupmu, apa celotehan mereka tentang pedulinya kamu denganku, dan semua "kata mereka". Karena yang aku hadapi bukan "mereka", tapi kamu. Aku hanya ingin mendengar kata yang keluar dari bibirmu, tentang aku, tentang kamu, dan bagaimana kita.

Bukan, bukan aku berpura-pura tolol, namun aku selalu membuang jauh sekali 'kode' dalam menanggapi perasaanku. Aku lebih suka kau jelaskan secara gamblang, kau utarakan langsung dengan bibirmu. Jika bibirmu tak bisa berujar, ketikab jarimu juga tak apa, asalkan kau tuturkan dengan jelas tanpa kiasan.

Maaf jika ternyata hanya aku yang mengada-ada tentang kita, kalau mungkin hanya aku saja yang merasa kau bingungkan padahal kamu tak pernah ingin aku menghiraukan.

Dan lagi, terimakasih telah menjadi pelajaran berharga dalam hidupku. Apapun kamu dan kita, aku beruntung, sangat beruntung pernah mengenal kamu dalam hidupku. Karena kamu manusia tersabar dalam menghadapiku setelah orangtua dan keluargaku. Karena kamu selalu mendengar rengekan dan tangisku tanpa tatapan jengah, selalu membantu aku selama kamu mampu walaupun disela semua kesibukanmu, dan untuk semua yang pernah kamu lakukan untukku.

Sekali lagi terimakasih untuk semuanya, apapun kamu, apapun kita, aku tetap menyayangimu. Aku pun tak tau 'ini' menyayangimu dalam batasan yang mana, dalam batasan apa, karena aku sendiri pun bingung, tapi yang terpenting, aku menyayangimu, terimakasih sudah pernah dan mungkin masih 'akan' melengkapi beberapa bagian hidupku yang masih janggal.

Terimakasih, untukmu,
:)

Rabu, 11 Mei 2016

Apa? Siapa?

Aku siapa? Kamu siapa? Kita ini apa?
Entah, aku sama sekali tak berfikir apa sebenarnya kita. Taka ada sedikitpun niatan untuk bertanya kepadamu, aku ini apa menurut sudut pandangmu.
Awalnya tak penting bagiku.
Apa pentingnya mengetahui kita ini sebenarnya apa dan apa aku di dalam hidupmu.
Namun sekarang ini rasanya semakin menyakitkan.
Aku tak bisa menuntut apa apa darimu karena aku memang bukan apa apa.
Dan ketika aku berpikir aku bukan apa apa, kau menyiratkan bahwa aku juga memiliki singgahsana walaupun tak diketahui besarnya.
Aku tak mau bertanya.
Tapi aku ingin tau semuanya.
Harus bagaimana?
Dulu dalam hati ini hanya larva, tapi sepertinya sudah menjadi kupu kupu yang terus menerus terbang melonjak lonjak didalam dada, sesak, sakit, sedih, bingung, aku hanya ingin mati rasa.
Aku jelaskan, aku pun tak tau kamu itu apa.
Sudah coba ku reka semua kemungkinan yang membuatku yakin apa dan siapa dirimu didalam dada, namun yang kutemukan hanya tanda tanya.
Aku hanya tau aku bisa jadi apa adanya, aku ingin disetiap tangis atau tawa kau selalu terselip disana, menyeka air mata dan tertawa bersama.
Awalnya aku pikir tak apa jika kau menemukan orang lain untuk duduk di puncak singgahsana, namun mengapa sekarang terasa menyiksa?
Egois memang, namun kupu kupu di dalam dada ini hanya ingin aku yang mempunyai singgahsana dan terus menerus bertahta.
Jika kau baca dan menemukan bahwa yang aku tuju dalam tulisan ini adalah kamu, tolong, jangan hakimi apa yang kupaparkan dalam cerita, jika memang kau merasa aku sama sekali tak memiliki singgahsana disana janganlah kamu lempar aku ke bangsal pengasingan, namun, jika memang ternyata benar aku yang sedang bertahta walau tak begitu berkuasa,,,,,,
Tolonglah,,,,,,
Beritahu aku......
Aku tak mampu untuk bertanya.
Aku pun tak sebegitu hinanya untuk mengiba.
Sebelum kupu kupu di dalam dada kembali menjadi larva.